SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Di lihat dari proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, ada
tiga teori yang berkembang. Teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia
(Ahmad Mansur, 1996). Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif
kapan masuknya Islam, asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Nusantara.
1. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah
atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim
Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka
mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada
dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak
seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke
Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan
HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh
nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama
Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab
telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang
banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis
orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat,
kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan
keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka
dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu
agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam
dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan.
Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H.
Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah
melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu
tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal
dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India
bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori
ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan
teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19.
Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan
Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke
Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan
pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur,
termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini
dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje.
Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua
India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan
Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan
orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini
kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau
“syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang
memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada
tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di
Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa
Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat.
Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat,
atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah
belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei
yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
3. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal
dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah
Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya,
Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro
sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad,
seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat.
Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui
bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya
antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj
dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat
karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad)
dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan
Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi
pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia.
Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama
seperti kebanyak muslim di Iran.
B. PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Meskipun Islam baru bisa dikatakan berkembang setelah berdirinya kerajaan
Islam, atau setidaknya ketika ada jalinan hubungan dagang antara saudaga
rmuslim dengan pribumi, namun cara kedatangan Islam dan penyebarannya di
Indonesia tidak dilakukan dari saluran politik atau perdagangan semata.Setidaknya
ada enam saluran berkembangnya Islam di Indonesia(Yatim:201-203). Saluran
perkembangan tersebut meliputi saluran perdagangan, saluran politik, saluran
perkawinan, saluran pendidikan,saluran kesenian dan saluran tasawuf.
1. Pendekatan perdagangan
Para pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab tinggal selama
berbulan-bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Mereka menunggu
angin musim yang baik untuk kembali berlayar. Maka terjadilah interaksi atau
pergaualan antara para pedagang tersebut dengan raja-raja, para bangsawan dan
masyarakat setempat. Kesempatan ini digunakan oleh para pedagang untuk
menyebarkan agama Islam.
2. Pendekatan politik
Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai
menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam.Proses
seperti ini terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat
masuk Islam setelah raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik
raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini dapat dikatakan
pula bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
3. Pendekatan perkawinan
Tak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para
pedagang itu. Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah diIslamkan terlebih
dahulu, dan setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan kaum muslim semakin
luas. Oleh karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung
muslim.
Awalnya kampung ini berkembang di pesisir pantai, biasanya mereka disebut
dengan kampung arab —dan masih terkenal hingga saat ini. Dalam perkembangan
berikutnya, karena ada wanita yang keturunan bangsawan yang dinikahi oleh
pedagang itu, tentu saja kemudian dapat mempercepat proses islamisasi.
Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila,
Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijayadengan puteri Campa yang
menurunkan Raden Patah, raja pertama kerajaan Demak, dan lain-lain.
4. Pendekatan pendidikan
Pada proses ini, biasanya dilakukan melalui pendidikan-pendidikan yang dilakukan
oleh para wali, ulama, kiai, atau guru agama yang mendidik muridmurid mereka.
Tempat yang paling pesat untuk mengembangkan ajaran Islam adalah di pondok
pesantren. Di tempat itu para santri dididik dan diajarkan pendidikan agama
Islam secara mendalam, sehingga mereka betul-betul menguasai ilmu agama.
Setelah lulus dari pesantren, para santri kembali ke daerah asal untuk kemudian
menyebarkan kepada masyarakat umum pelajaran yang telah mereka peroleh di
pesantren.
5. Pendekatan kesenian
Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah bagi para pemuka agama di
Indonesia. Pada proses ini yang paling terkenal menggunakannya adalah para wali
yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Salah satu media pertunjukan yang paling
terkenal melalui pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga, penyebar Islam di daerah
Jawa Tengah adalah sosok yang sangat mahir dalam memainkan wayang. Cerita
wayang yang dimainkan berasal dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang memang
sudah sangatTasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam.
Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat
menarik penduduk untuk memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya
termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit,
lalu disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic
yang memang sudah sangat akrab dengan penduduk pribumi saat itu terkenal
dan digemari oleh masyarakat. Dalam memainkan wayang, selalu disisipkan
ajaran-ajaran Islam sehingga penduduk pribumi mulai akrab dengan ajaran Islam
melalui media ini. Yang paling manarik dalam pertunjukan ini adalah para
penduduk tidak dipungut biaya ketika mereka menyaksikan pertunjukan wayang,
mereka hanya diminta untuk melantunkan kalimat syahadat, sehingga mereka
akhirnya masuk Islam dan ikut mendalami ajarannya.
6. Pendekatan tasawuf
Tasawuf merupakan
bagian ajaran dari Agama Islam. Para tokoh tasawuf ini
biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk
memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk
penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga
yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat
akrab dengan penduduk pribumi saat itu.
C. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Dari berbagai proses tersebut, Indonesia kemudian menjadi negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Pada perkembangannya ajaran Islam
disalurkan melalui berbagai kerajaan yang berkembang di Indonesia. Kerajaan
Islam yang pertama ada dan berkembang adalah kerajaan Samudera Pasai, dengan
raja pertamanya yang bernama Sultan Malik al-Saleh (1297 M/696 H). Kerajaan ini
terletak di pesisir timur laut Aceh. Selain Samudera Pasai, di Aceh juga ada
kerajaan Aceh Darussalam, yang berdiri di atas kerajaan Lamuri.
Di Jawa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Demak, yang dipimpin
oleh raja pertamanya, Raden Patah. Kemudian ada pula kerajaan Pajang yang
dipimpinoleh Jaka Tingkir. Kerajaan ini berdiri setelah meninggalnya sultan
Demak tahun 1546 M. Ada pula kerajaan Mataram yang dipimpin pertamakali oleh
Senopati.
Kemudian kerajaan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Selain di
Sumatera dan Jawa, kerajaan Islam juga tumbuh di tempat lain di nusantara,
seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Di Kalimantan ada kerajaan Banjar
(Kalimantan Selatan), Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur). Di Sulawesi ada
kerajaan Gowa-Tallo, dengan sultan Alauddin (1591-1636) sebagai raja Islam yang
pertama. Selain Gowa-Tallo, di Sulawesi ada kerajaan Bone, Wajo, Soppeng dan
Luwu). Mereka juga menerima Islam pada awal abad 17 M. Sementara itu di Maluku
ada kerajaan Ternate yang memeluk Islam sekitar tahun 1460 dengan pimpinan
seorang raja yang bernama Vongi Tidore.
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama kali tercatat
sebagai kerajaan Islam di Nusantara. Secara pasti, mengenai awal dan tahun
berdirinya kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut
pendapat Hasyimi, berdasarkan naskah tua yang berjudul Izhharul Haq yang
ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah
ada pusat pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9.
Perlak berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak
stabil maka banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni
ke Pasai, akhirnya Perlak mengalami kemunduran.
Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal yang
bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra dan
Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudra
Pasai.
Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang
berbatasan dengan Selat Malaka.
2. Kerajaan Demak
Sebelum dikenal dengan nama Demak, daerah tersebut dikenal dengan nama
Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah
kekuasaan Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah
seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit.
Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota
dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan
melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka Demak
berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden
Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat
pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh
daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah
merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro sebagai pusat
kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah
pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa
Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang
penting bagi kerajaan Demak.
3. Kerajaan Banten
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi tentang kerajaan Demak,
bahwa daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut
oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di
bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah
Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin, sedangkan Fatahillah
sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal keagamaan. Dengan
diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan dasardasar
pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama,
memerintah tahun 1552 – 1570.
Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di tepi
Timur Selat Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai untuk
perdagangan nasional. Pada masa pemerintahan Hasannudin, Banten dapat
melepaskan diri dari kerajaan Demak, sehingga Banten dapat berkembang cukup
pesat dalam berbagai bidang kehidupan.
4. Kerajaan Mataram
Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang
dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran
Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas
jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang
munculnya kerajaan Pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya
yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan pengawal raja.
Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya
sebagai adipati di Kota Gede tersebut. Setelah pemerintahan Hadiwijaya di
Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo
putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan
dari Raden Trenggono.
Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai
Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo
meminta bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka
perang saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara sukarela
Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian
berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan
Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan dengan
pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.
5. Kerajaan Gowa-Tallo
Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya
Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut
membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah
kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga
melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar.
Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih
digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis,
daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di
jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat
persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun yang
berasal dari Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan
Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan
Nusantara.
6. Kerajaan Ternate-Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku adalah
kepulauan yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian. Jumlah
pulaunya ratusan dan merupakan pulau yang bergunung-gunung serta keadaan
tanahnya subur. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, maka
daerah Maluku terkenal sebagai penghasil rempah seperti cengkeh dan pala.
Cengkeh dan pala merupakan komoditi perdagangan rempah-rempah yang terkenal
pada masa itu, sehingga pada abad 12 ketika permintaan akan rempah-rempah
sangat meningkat, maka masyarakat Maluku mulai mengusahakan perkebunan dan
tidak hanya mengandalkan dari hasil hutan. Perkebunan cengkeh banyak terdapat
di Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dalam rangka mendapatkan rempah-rempah
tersebut, banyak pedagangpedagang yang datang ke Kepulauan Maluku. Salah
satunya adalah pedagang Islam dari Jawa Timur. Dengan demikian melalui jalan
dagang tersebut agamaIslam masuk ke Maluku, khususnya di daerah-daerah
perdagangan seperti
Hitu di Ambon, Ternate dan Tidore.
Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam di Maluku dilakukan oleh para Mubaligh (Penceramah) dari Jawa, salah satunya Mubaligh terkenal adalah Maulana Hussain dari Jawa Timur yang sangat aktif menyebarkan Islam di maluku sehingga pada abad 15 Islam sudah berkembang pesat di Maluku. Dengan berkembangnya ajaran Islam di Kepulauan Maluku, maka rakyat Maluku baik dari kalangan atas atau rakyat umum memeluk agama Islam, sebagai contohnya Raja Ternate yaitu Sultan Marhum, bahkan putra mahkotanya yaitu Sultan Zaenal Abidin pernah mempelajari Islam di Pesantren Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur sekitar abad 15. Dengan demikian di Maluku banyak berkembang kerajaan-kerajaan Islam. Dari sekian banyak kerajaan Islam di Maluku, kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan Islam yang cukup menonjol peranannya, bahkan saling bersaing untuk memperebutkan hegemoni (pengaruh) politik dan ekonomi di kawasan tersebut.
“Islam datang ke
Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit
masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia.
Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur
perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui
aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat
laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada
masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu,
barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas
ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara
revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat
beragam. Dan dalam perkembangan selanjutnya bermunculan banyak
kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai dan
kerajaan-kerajaan islam lainnya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berilah saran dan kritik yang dapat membantu saya memperbaiki post saya!!!